PENDIDIKAN ALAM BAWAH SADAR
Menurut
Ibnul Qayyim Al-Jauziyah, akhlak adalah irisan dari kepahaman seseorang akan
sesuatu (al-fahmu), kemudia ia akan dengan sukarela menjalankannya
(al-ikhlash), selanjutnya secara rutin menjalankannya (al-amal).
Salah satu
reality show di TV adalah bertajuk “Tolong”. Modusnya bebrpura-pura membutuhkan
pertolongan. Kru tayangan tersebut menguji sensivitas masyarakat, apakah mau
menolong atau tidak. Ternyata sulit menemukan seseorang yang bersedia
mengulurkan tangan untuk membantu.
Peduli
terhadap sesama adalah bukti kemuliaan akhlak yang dicontohkan Rasulullah SAW.
Dalam sebuah hadis beliau bersabda :”Barang siapa melapangkan kesusahan dari
kesusahan dunia seorang mu’min, Allah akan melapangkan kesusahannya di hari
kiamat. Barang siapa melepaskan kesukaran seorang mukmin, Allah akan melepaskan
kesukarannya di dunia dan di akherat. Dan barangsiapa menutupi aib seorang
muslim, Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akherat. Dan, Allah akan
selalu menolong hambaNya selama hamba tersebut menolong saudaranya. Barangsiapa
berjalan di jalan menuntut ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju
surga.” (HR. Muslim).
Akhlak
tak bisa begitu saja dimiliki setiap orang. Akhlak adalah sesuatu yang sudah
menempel pada seseorang dan menjadi bagian dari dirinya. Menurut Ibnul Qayyim
Al-Jauziyah, akhlak adalah irisan kepahaman seseorang akan sesuatu (al-fahmu),
kemudia ia akan dengan sukarela menjalankannya (al-ikhlash), selanjutnya dengan
rutin menjalankannya (al-amal). Rutinitas , yang diwarnai perasaan sukarela
dengan dukungan pengetahuan, akhirnya membuahkan akhlak. Karena itu, akhlak
terinternalisasi dalam diri seseorang melalui tahap pembiasaan. Dalam buku
“Membentuk Karakter Cara Islam”, Anis Mata menyebut akhlak sebagai ujung dari
iman dan amal shaleh. Akhlak adalah nilai dan pemikiran yang mengakar dalam
jiwa, lalu tampak dalam tindakan yang tetap, natural dan refleks.
Akhlak
adalah komponen penting dalam Islam. Bukankah Rasulullah SAW diutus kedunia
untuk menyempurnakan akhlak umatnya ? Dalam QS. Al-Ahzab (33) :21, Allah SWT
berfirman, “Sungguh telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang-2 yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
Akar akhlakul
karimah.
Akhlak
mulia tidak secara otomatis nempel pada diri seseorang. Untuk mendapatkannya
diperlukan perjuangan maksimal. Timbul pertanyaan, bagaimana membentuk akhlak
mulia sesuai tuntunan Rasulullah SAW ?
Hakekat
akhlak terbentuk dari proses belajar yang dilakukan terus menerus. Proses
tersebut pada akhirnya melahirkan pengalaman yang terakumulasi dipusat memori
manusia. Proses ini berlangsung sejak seorang manusia dilahirkan hingga ia
tutup usia.
Timbunan
memori tersebut dikenal dengan pikiran alam bawah sadar. Makin bersih pikiran
alam bawah sadar seseorang, maka akan makin mulia akhlak yang ditimbulkannya.
Misalnya, perasaan takut seseorang pada binatang tertentu, atau rasa benci
seseorang pada sesuatu. Keduanya lahir dari endapan pengalaman bahwa sesuatu
itu buruk baginya.
Alam
bawah sadar mampu mensugesti seseorang untuk bertindak spontan. Inilah yang
membentuk akhlak. Dan ini pula yang menyebabkan Umar bin Khattab membenci
kejahiliyahan. Ia tidak ingin mengulangi dosa-dosanya, karena ia sadar
kejahiliyahan itu buruk baginya. Keyakinan ini selalu ia programkan dalam alam
bawah sadarnya. Artinya, untuk menghasilkan akhlak mulia, pikiran alam bawah
sadar harus dibersihkan dari hal-hal negatif. Semua tergantung niat dan tekad
masing-masing. “Dan, sesungguhnya telah kami perintahkan kepada Adan dahulu,
maka ia lupa (akan poerintah itu), dan tidak kami dapati padanya kemauan yang
kuat”. (QS. Thaha (20) : 115).
Jika
seorang jawara sekelas “Umar bin Khathab” saja mampu menjadi manusia ber-akhlakul
karimah, bagaimana pula dengan kita yang relatif Allah memudahkan untuk
memahami dien-Nya ? Tahapan menuju akhlakul karimah.
Internalisasi
akhlakul karimah kedalam diri memerlukan proses panjang. Akhlak adalah bentukan
dari kumpulan pengalaman masa lalu. Untuk mengubahnya dibutuhkan proses dan
waktu panjang. Tidak ada tahapan yang tetap dan sama bagi tiap orang. Karena
hanya diri sendiri yang mengetahui pikiran dan ketahanan mentalnya untuk
berubah. Inti dari tahapan ini adalah semangat mengubah diri sendiri. Tidak
mungkin Allah mengubah nasib seseorang tanpa ada usaha maksimal dari yang
bersangkutan (QS. Ar-Ra’d/13 : 11).
Bagaimana
caranya ?
Tahap
pertama adalah mengosongkan . Ibarat akan membersihkan gudang, hal pertama yang
harus dilakukan adalah mengeluarkan semua barang dari gudang tersebut.
Pengosongan pikiran berarti membersihkan alam bawah sadar dari
pemikiran-pemikiran salah, khususnya dari sisi ajaran Islam. Tahap ini sangat
penting sebab orang mulai menetapkan rambvu-rambu pada dirinya tentang batasan
baik atau buruk, dan kemana batasan tersebut mengacu. Untuk itu Allah
menurunkan agama agar manusia mendapatkan pedoman yang lebih rinci dan jelas
dengan perantaraan al-Quran dan sunnah Rasul.
Setelah
dikosongkan dan diberi pedoman yang baik tentang batasan baik buruk, tahap
berikutnya adalah proses pengisian kembali. Jangan sampai alam bawah sadar kita
kosong. Artinya, kita harus mengisi pikiran alam bawah sadar dengan energi
positip berupa nilai-nilai baru dari sumber-sumber terpercaya.
Tahap
berikutnya adalah melakukan pembiasaan. Ibaratnhya, pada tahap ini seseorang
akan memulai hidup baru, sehingga ia harus mulai dibiasakan dengan
pemikiran-pemikiran baru. Pada tahapan ini seseorang harus mensugesti dirinya
bahwa ia sudah berubah. Dengan demikian pikiran alam bawah sadar akan
menuntunnya pada akhlakul karimah.
Tahapan
terakhir adalah tahap berserah diri kepada Allah Yang Maha Menguasai hati. Pada
tahap ini, doa adalah kuncinya. Dengan berdoa seseorang menghadirkan unsur
pencerahan Ilahi dalam pikiran alam bawah sadarnya. Dengan berdoa, orang mulai
menyadari bahwa Allah takkan lepas pantau dari apa yang ia lakukan. Inilah
sikap ihsan, merasakan kedekatan pada Allah seakan-akan Allah melihat kita,
yang menjadi inti kemuliaan akhlak.
cobalt vs titanium drill bits - TikTok
BalasHapusThe best part about the cobalt is that titanium necklace it doesn't ti 89 titanium calculator have the same shelf life as titanium plumbing the real thing. For the game stainless steel vs titanium apple watch you simply need an old-school 3D model. titanium gr 2 In